• PARTAI POLITIK

    gambarbannerpartaigasing1

    gambarbannerpartaiyoyo1

    logo-apajpg1

    logo-barisannasionaljpg4

    logo-bulanbintangjpg1

    logo-gerindrajpg

    logo-hanurajpg

    logo-panjpg1

    logo-partaidemokratjpg

    logo-partaigarudajpg

    logo-partaigolkarjpg

    logo-pdipjpg

    logo-pibjpg

    logo-pkbjpg

    logo-pkdjpg

    logo-pknujpg

    logo-pkpjpg

    logo-pksjpg

    logo-pmbjpg

    logo-pnimarhaenjpg

    logo-ppijpg

    logo-pppjpg

POLITIK

GOLPUT TIDAK MELANGGAR UUD 1945 DAN UU PEMILU

ANTI-GOLPUT BERARTI ANTI-DEMOKRASI

———————————————————————————————-

Sumber foto: infogolput.blogspot.com

Sebagian Besar Pemilih Indonesia Memang Masih Bodoh

KETIKA ada berita bahwa film “Ketika Cinta Bertasbih” dinilai film yang menarik, maka pembaca berita itu terhipnotis dan kemudian ramai-ramai menonton. Ketika ada iklan di televisi bahwa kalau membeli sabun Lifebuoy, maka ada kemungkinan di dalamnya ada terselip uang Rp 100.000, maka orangpun berbondong-bondong membeli sabun itu. Ketika diberitakan bahwa para netter sekarang meninggalkan milis dan Friendster dan beralih ke Facebook, maka orang-orang ramai-ramai beralih ke Facebook. Semua ini merupakan bukti bahwa masyarakat sangat mudah dipengaruhi oleh sebuah berita atau iklan yang ditayangkan di televisi.

Ketika pemilu 2004 di MetroTV muncul Lembaga Survei Indonesia (LSI) pimpinan Syaiful Muzani mengumumkan popularitas capres SBY meningkat terus, maka para penonton se-Indonesiapun terkena sugestinya. Saat itu saya sudah menulis surat pembaca di Harian Surya dan Jawa Pos, agar survei-survei politik supaya dilarang sebab bisa menggiring opini masyarakat. Akhirnya LSI mengakui kalau LSI dibiayai oleh parpol tertentu. Bahkan Lingkaran Survei Indonesia (singkatannya juga LSI) akhirnya terkuak dia dibiayai capres SBY (walaupun tidak secara langsung).

Kenapa Anda tertarik menggunakan Facebook? Karena berita atau iklan,bukan? Begitu juga hasil survei (yang dibiayai parpol atau politisi) yang mengatakan bahwa popularitas dan elektabilitas SBY 71 persen, tujuannya juga untuk menggiring opini. Masyarakat pemilih kita yang bodoh (walaupun punya gelar S-1,S-2 dan S-3), juga terpengaruh untuk memilih SBY.

Saya sudah sering menanyakan ke masyarakat pro SBY:”Apa kesuksesan SBY? Apa yang menyebabkan Anda akan memilih SBY?”. Ternyata jawaban-jawabanya adalah jawaban orang bodoh.Misalnya, mereka menilai SBY berhasil memberantas korupsi (lantas membandingkan dengan pemerintahan-pemerintahan sebelumnya). Padahal, untuk menilai keberhasilan pemberantasan korupsi, ukurannya adalah Indek Persepsi Korupsi (IPK) di mana nilai untuk Indonesia cuma 2,8 (sangat buruk). Sedangkan IPK Malaysia 6 koma (cukup) dan IPK Singapura 8 koma (baik).

Menurut hasil analisa saya, SBY sebenarnya gagal. Sebagian besar kesuksesan-kesuksesan yang diklaim selama ini sebenarnya merupakan kesuksesan semu saja (Baca artikel saya di blog https://partaigolput.wordpress.com).

Saya mengelola lembaga pendidikan komputer selama 17 tahun dan juga mengajar ilmu statistik (SPSS). Artinya, hasil-hasil survei politik yang menggunakan statistik mungkin secara metode ilmiahnya benar. Tetapi lembaga survei bisa memanipulasi kualitas responden dan struktur questionare-nya.

Contoh:

Kalau Anda melakukan survei di sekitar Jl.Pandegiling, Surabaya dan mengajukan pertanyaan, siapa capres idaman Anda? Maka sebagian besar akan menyebut nama Megawati. Ini manipulasi wilayah (Area manipulate).

Kalau Anda bertanya ke masyarakat umum (pendukung semua capres):

-“Apakah Anda setuju pilpres satu putaran karena bisa menghemat waktu dan biaya”. Maka mereka (pendukung capres Mega,SBY dan JK) akan menjawab “Setuju”. Lantas diiklankan bahwa masyarakat setuju kalau SBY menang dalam satu putaran. Manipulasi ini disebut “general question manipulate”.

Tapi kalau pertanyaannya berbunyi:

-“Setujukan Anda SBY menang dalam satu putaran?”. Maka jawaban dari pendukung capres Mega, SBY dan JK bisa berbeda. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju.

Terus terang, saya sebagai alumni 4 PTN+2 PTS merasa prihatin karena sebagian besar pemilih kita masih bodoh dalam hal politik. Hal ini karena pendidikan yang rendah, pengetahuannya sedikit (walaupun bergelar S-1,S-2 dan S-3) dan mudah terpengaruh oleh iklan, berita dan hasil survei seperti halnya Anda terpengaruh untuk menggunakan Facebook. Sulit untuk meyakinkan mereka bahwa pilihannya adalah pilihannya salah. Hal ini karena logika mereka sudah tertutup.

Saya bukan pendukung siapa-siapa sebab 6 X pemilu saya golput.

Ingin bukti bahwa kesuksesan SBY adalah kesuksesan semu? Baca hasil analisa saya di https://partaigolput.wordpress.com berjudul “SBY Sebenarnya Gagal”.

HARIYANTO IMADHA

Alumni 4 PTN+2 PTS

KESIMPULAN:

Meyakinkan orang lain bahwa pilihannya adalah salah,memang sulit. Sebab, ilmu pengetahuan yang mereka miliki sedikit dan kualitas logikanya rendah.