• PARTAI POLITIK

    gambarbannerpartaigasing1

    gambarbannerpartaiyoyo1

    logo-apajpg1

    logo-barisannasionaljpg4

    logo-bulanbintangjpg1

    logo-gerindrajpg

    logo-hanurajpg

    logo-panjpg1

    logo-partaidemokratjpg

    logo-partaigarudajpg

    logo-partaigolkarjpg

    logo-pdipjpg

    logo-pibjpg

    logo-pkbjpg

    logo-pkdjpg

    logo-pknujpg

    logo-pkpjpg

    logo-pksjpg

    logo-pmbjpg

    logo-pnimarhaenjpg

    logo-ppijpg

    logo-pppjpg

POLITIK: Cara Salah dan Cara Benar dalam Memilih Capres-Cawapres

Jokowi-MahfudMDCapresCawapres

SEKITAR 70% pemilih di Indonesia masih tergolong pemilih tidak rasional di dalam pemilu maupun pilkada/pemilukada. Boleh dikatakan mereka memilih capres-cawapres ibarat membeli buah durian. hanya dilihat kulitnya saja tanpa mengetahui bagaimana isinya. Yang sering terjadi yaitu, kulitnya bagus tetapi isinya busuk.

A.Cara memilih yang salah (Jumlah sekarang: 70%)

1.Karena faktor figur

Karena capresnya ganteng,gagah,cantik,kelihatannya berwibawa dan semacamnya.

2.Karena faktor kharisma

Karena capresnya anaknya mantan presiden,istrinya mantan presiden,masih keturunan raja Majapahit dan semacamnya.

3.Karena faktor gelar

Karena capresnya punya gelar S-1,S-2,S-3 atau punya predikat profesor,maka dia dianggap mampu menjadi presiden.

4.Karena faktor popularitas

Karena capresnya orang terkenal, maka capres lain yang tidak terkenal dianggap kurang meyakinkan.

5.Karena faktor visi misi yang sorgawi

Karena terpikat oleh visi misi dan janji-janji sorgawi sehingga para pemilih terbuai akan menikmati masa depan yang lebih baik.

6.Karena faktor iklan pencitraan di televisi

Karena terpengaruh oleh iklan-iklan pencitraan di televisi dengan penampilan yang meyakinkan.

7.Karena faktor pengaruh hasil lembaga survei

Karena tiap hari dipengaruhi iklan hasil survei yang mengarah salah seorang capres tertentu, maka beranggapan capres itulah yang terbaik untuk dipilih.

8.Karena faktor takut fatwa haram golput

Karena ada fatwa haram golput, maka pemilih memilih asal-asalan. hanya berdasarkan ilmu kira-kira yang sifatnya spekulatif saja.

9.Karena faktor iming-iming

Karena ada iming-iming uang, akan diberi pekerjaan, akan diberi proyek dan iming-iming lainnya, maka pemlihpun memilih capres ttersebut.

10.Karena faktor pendapat yang menyesatkan

Pemilih sering mendapat nasehat yang menyesatkan “kalau semua capres jelek dan tidak berkualitas, pilihlah yang terbaik dari mereka yang jelek dan tidak berkualitas”.

Atau,karena pemilih simpatisan Partai X, maka siapapun capres yang dicalonkan Partai X,pasti akan dipilihnya.

Kebodohan-kebodohan masyarakat pemilih seperti di atas, selama ini selalu dimanfaatkan oleh politisi-politisi busuk.

B.Cara memilih yang benar (Jumlah sekarang: 30%)

1.Mengetahui track recordnya baik.

2.Mengetahui prestasinya di masa lalunya ternyata baik

3.Mengetahui bahwa kepribadiannya baik

4.Mengetahui bahwa capres sebelumnya seorang yang takwa beragama

5.Mengetahui bahwa capres mempunyai sifat-sifat seorang pemimpin: jujur,adil,tegas,cerdas,kreatif,futuristik dan merakyat.

6.Mengetahui capres punya visi misi untuk memprioritaskan sumber daya alam demi kepentingan rakyat dan bukan untuk bangsa asing

7.Mengetahui bahwa capres tidak pro negara asing

8.Mengetahui bahwa capres lulusan dalam negeri

9.Mengetahui bahwa program-program capres merupakan program yang realistis

10.Mengetahui bahwa capres mempunyai jiwa nasionalis,kenegarawanan dan memahami manajemen profesional (apapun partai politiknya).

C.Sikap yang lain

-Daripada tidak ada capres yang tidak berkualitas,lebih baik golput

-Salah pilih, akan menimbulkan bencana (bencana ekonomi,politik,hukum,sosial,korupsi dan bencana-bencana lainnya).

Kesimpulan:

1.Pemilih spekulatif:

Mereka yang salah memilih capres karena hanya melihat kulit-kulitnya saja

2.Pemilih rasionalis:

Mereka yang benar memilih capres karena menilai kemampuannya,kepemimpinannya,nasionalisnya,kenegarawanannya dan kemampuan manajemennya.

Mereka yang benar dalam hal memilih pada umumnya dari kalangan mahasiswa dan akademisi atau masyarakat biasa yang  punya pemahaman sempurna  tentang politik.

Sumber gambar: ansorbangkalan.blogspot.com

Hariyanto Imadha

Facebooker/Blogger

Semua komentar otomatis akan dihapus