• PARTAI POLITIK

    gambarbannerpartaigasing1

    gambarbannerpartaiyoyo1

    logo-apajpg1

    logo-barisannasionaljpg4

    logo-bulanbintangjpg1

    logo-gerindrajpg

    logo-hanurajpg

    logo-panjpg1

    logo-partaidemokratjpg

    logo-partaigarudajpg

    logo-partaigolkarjpg

    logo-pdipjpg

    logo-pibjpg

    logo-pkbjpg

    logo-pkdjpg

    logo-pknujpg

    logo-pkpjpg

    logo-pksjpg

    logo-pmbjpg

    logo-pnimarhaenjpg

    logo-ppijpg

    logo-pppjpg

POLITIK: Sekitar 70% Rakyat Mudah Dikadalin Politisi

SEJAK Indonesia merdeka 1945 hingga tahun sekarang 2012, belum ada yang namanya “Program Pendidikan dan Pencerahan Politik”  bagi rakyat. Padahal di beberapa negara, terutama negara maju hal ini sudah diadakan, antara lain Australia. Materinya meliputi supaya rakyat tidak salah memilih pemimpin dan wakil rakyat. Namun kenyataannya, sebuah hasil survei menunjukkan sekitar 70% pemilih di Indonesia, di dalam pemilu maupun pemilukada, merupakan pemilih irrasional.

Apa maksudnya pemilih irrasional?

Pemilih irrasional yang memilih pemimpin dan wakil rakyat tidak berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang rasional objektif, melainkan berdasarkan pertimbangan irrasional subjektif. Singkatnya, tidak memilih secara objektif dalam arti kualitas objek pilihan.

Faktor-faktor irrasional

Beberapa faktor-fakto irrasional antara lain:

1.Memilih karena diberi uang

2.Memilih karena ditakut-takuti (diintimidasi) pihak-pihak tertentu

3.Memilih karena ingin dianggap sebagai warga negara yang baik

4.Memilih karena tergiur janji-janji indah yang diucapkan para politisi (perubahan yang lebih baik, sembako murah, pendidikan gratis, biaya kesehatan grastis dan janji-janji sorga lainnya).Janji-janji dikemas dalam bentuk visi dan misi.

5.Memilih karena terpengaruh hasil lembaga survei politik

6.Memilih karena petunjuk atasannya di kantor

7.Memilih karena terpengaruh iklan

8.Nemilih karena yang akan dipilih namanya cukup terkenal

9.Memilih karena terpengaruh teman atau orang lain

10.Memilih karena diiming-imingi jabatan, proyek dan iming-iming lainnya

11.Memilih karena takut fatwa haram golput

12.Memilih karena kalau golput akan dicemoohkan orang lain

13.Memilih karena ada anggapan keliru, yaitu menganggap memilih adalah wajib atau kewajiban

14.Memilih karena ada anggapan kalau tidak ada yang memilih, akan terjadi 100% golput dan tidak akan ada pemimpin atau wakil rakyat

15.Memilih karena faktor figur calon pemimpin atau calon wakil rakyat (gagah, tampan, cantik, kharismatik, punya berderet-deret gelarsarjana dan gelar haji, berpeci dan berjilbab dan semacamnya)

16. Memilih karena dari agama yang sama, suku yang sama atau parpol yang sama dengan kesukaannya

17. Memilih karena siapapun yang dicalonkan parpol favoritnya, akan dipilih

18.Memilih karena yang akan dipilihnya adalah saudaranya, familinya, teman baiknya, tetangganya, teman bisnisnya  dan kenalan baiknya.

19.Memilih karena yang akan dipilih pandai main gitar, pandai menyanyi, pandai melawak, pandai main sinetron, pandai berpuisi dan kepandaian lainnya yang tidak ada hubungannya dengan prestasi politik.

20.Memilih daripada tidak memilih.

21.Memilih secara spekulatif (secara untung-untungan)

22.Memilih demi alasan hubungan baik dengan orang yang akan dipilihnya

23.Memilih karena ada rasa tidak enak kalau tidak memilih

24.Memilih karena menganggap yang dipilih adalah penyelamat bangsa dan negara

25.Memilih karena yang akan dipilih lulusan dari lembaga pendidikan yang sama dengan dirinya.

Dan masih banyak faktor-faktor lainnya yang menyebabkan rakyat salah memilih. Sebab, dari 25 faktor tersebut, tidak ada satupun yang mempertimbangkan faktor kualitas dan tidak mengetahui kriteria-kriteria  calon pemimpin dan wakil rakyat yang berkualitas.

Memilih yang benar adalah berdasarkan kualitas

Untuk mengetahui pemimpin dan wakil rakyat yang berkualitas tentu harus memhamai beberapa hal:

1.Tahu apa kriteria-kriteria pemimpin dan wakil rakyat yang berkualitas

2.Tahu latar belakang kehidupan yang akan dipilih

3.Tahu latar belakang pendidikan yang akan dipilih

4.Tahu latar belakang yang berhubungan dengan karir dan prestasi

5.Tahu latar belakang perilakunya: kejujurannya, kecerdasannya, kepemimpinannya.

Pertanyaannya:

Kenapa Indonesia terpuruk? Kenapa bertahun-tahun kemacetan lalu lintas tak teratasi? Kenapa utang luar negeri terus bertambah? Kenapa harus impor sembako? Kenapa banyak tawuran? Kenapa banyak korupsi? Kenapa banyak kemaksiatan? Kenapa biaya pendidikan dan kesehatan mahal? Kenapa 70% sumber daya alam dan sumber daya ekonomi kita dikuasai asing? Kenapa nelayan-nelayan asing dengan mudah mencuri ikan di lautan Indonesia? Kenapa pembangunan di wilayah perbatasan Kalimantan-Malaysia  sangat minimal sekali? Dan berbagai masalah-masalah besar lainnya.

Jawabannya:
Karena sekitar 70% rakyat mudah dikadalin para politisi-politisi yang berperilaku seperti “harimau berbulu domba”.

Solusi

Supaya rakyat tidak mudah dikadalin para politisi dan tidak salah pilih, perlu adanya Program Pendidikan dan Pencerahan Politik bagi rakyat Indonesia. Penyelenggaranya bisa dari pemerintah, perguruan tinggi ataupun LSM. Bisa melalui berbagai media massa bisa juga melalui penyuluhan-penyuluhan.

Semoga bermanfaat

Hariyanto Imadha

Penulis artikel sejak 1973
Facebooker & Blogger

POLITIK:70% Pemilih dalam Pemilu/Pilkada Masih Tergolong Bodoh dan Mudah Dikadalin Politisi

POLITIK sudah ada sejak Tuhan menciptakan Nabi Adam dan Siti Hawa. Saat itu pengertian politik adalah suatu cara untuk mencapai tujuan. Bahkan saat itupun setan berpolitik, yaitu bagaimana caranya supaya Nabi Adam dan Siti Hawa memakan buah-buahan terlarang.

Di jaman modern, politik adalah sebuah ilmu atau cara untuk menduduki kekuasaan untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara tertentu pula. Tanpa politik, dunia tidak akan memiliki pemimpin ataupun wakil rakyat.

Sejak Nusantara berdiri, bermunculan institusi politik berbentuk kerajaan atau kesultanan. Pemegang tampuk kekuasaan berlaku turun temurun. Namun di era demokrasi di Indonesia, maka berpolitik harus melalui kegiatan politik, baik berupa pilkada, pileg ataupun pilpres.

Para politisi bersaingan dengan berbagai cara untuk memenangkan pemilihan. Jika perlu dengan cara-cara yang curang. Artinya, tujuan menghalalkan cara. Di sinilah mulainya politik dikotori oleh politisi-politisi hitam.

Untuk itu para politisi berjualan visi,misi atau rencana kerja yang asal bunyi saja. Yang penting para pemilih tertarik dan memilih dia. Soal dia bisa menepati janji atau tidak, itu urusan nanti. Ini adalah merupakan efek demokrasi yang bernuansa persaingan. Semakin ketat persaingan, maka kemungkinan berbuat curang semakin besar.

Untuk menang memang butuh biaya sangat besar. Oleh karena itu, ketika mereka menang, maka yang dipikirkannya adalah kembali modal dengan segala cara. Tahap berikutnya yaitu memperkaya diri sendiri, kelompoknya atau partai politiknya.

Segala tender proyek diusahakan sedemikian rupa supaya dimenangkan oleh perusahaan miliknya, familinya, temannya,kroninya atau milik orang lain asal mau memberikan komisi yang besarnya cukup lumayan.

Memperjuangkan aspirasi rakyat? Iya, itu akan diperjuangkan tapi merupakan prioritas ke-999. Itupun harus ada biayanya yang harus disetor ke para politisi. Oleh karena itu golput merupakan virus yang membahayakan para calon politisi. Oleh karena itu dihembuskan isu bahwa golput bukan warganegara yang baik, haram hukumnya dan isu negatif lainnya.

Soalnya, kalau banyak yang golput, mereka tidak dapat kursi yang berarti tidak dapat uang. Itulah sebabnya banyak politisi yang membohongi para pemilihnya dengan janji-janji indah  bagaikan angin sorga. Ironisnya, 60 persen pemilih tergolong pemilih yang tidak rasional dan gampang dikibulin.

Mereka berubah menjadi kaya raya. Sedangkan para pemilihnya tetap melarat sepanjang masa. Apalagi, para caleg sekarang berasal dari siapa saja: preman pasar, tukang parkir, artis, satpam, ibu rumah tangga, pengangguran, dll. Mereka bukan orang-orang yang memahami hukum. Padahal, di DPR mereka harus membuat undang-undang.

Lantas, apa untungnya Anda memilih capres-cawapres/caleg/cagub/cabup/cawali?

Bangsa Indonesia memang masih banyak yang bodoh dan mudah dibohongi para politisi busuk

Sumber gambar: hizbut-tahrir.or.id

Hariyanto Imadha

Facebooker/Blogger