DI INDONESIA ini banyak orang yang SNOB (sok tahu, sok mengerti dan sok pintar). Kalau diberitahu oleh orang cerdas “Jangan memilih capres A, sebab dia bukan negarawan”, maka orang yang snob akan menjawab ” Saya akan memilih berdasarkan hati nurani. Pasti pilihan saya tidak salah”. Ternyata pilihannya salah. Setelah terpilih, pemimpin pilihannya terlibat kasus suap, sok dan korupsi. Kalau orang cerdas mengatakan “Bodoh kamu”, maka orang bodoh akan menjawab “Semula saya yakin dia berkualitas. Cuma, dia menyalahgunakan amanah yang diberikan rakyat. Jadi, mana saya tahu ?”. Begitulah, memberikan pencerahan orang bodoh memang sulit, sebab orang yang bodoh suka ngeyel dan menganggap ucapan orang cerdas sebagai ucapan yang salah.
Cara berpikir orang bodoh dalam memilih calon pemimpin
-Memilih karena berdasarkan suka
-Memilih karena pengaruh iklan, hasil survei atau money politic
-Memilih karena sudah diarahkan atasannya dan tidak berani membantah
-Menilai calon pemimpinnya berkualitas tanpa didukung data atau pengetahuan yang memadai
-Memilih hanya berdasarkan ilmu kira-kira saja
-Memilih karena faktor popularitas dan figur
-Memilih karena dicalonkan parpol favoritnya
Hasilnya
-Seringkali salah pilih
-Pemimpin yang dipilihnya terlibat kasus suap, sogok dan korupsi
Cara berpikir orang cerdas dalam memilih calon pemimpin
-Memilih berdasarkan track record yang baik dari calon pemimpin
-Memilih secara objektif berdasarkan pertimbangan yang rasional
-Memilih karena tahu benar kriteria calon pemimpin yang berkualitas
-Memilih bukan karena faktor popularitas atau figur
-Memilih bukan karena pertimbangan persamaan parpol,suku,agama,ras/bangsa atau antargolongan
-Memilih secara mandiri tanpa dipengaruhi hasil survei, polling dll
-Memilih bukan karena money politic, tekanan atau pengaruh-pengaruh lain
Hasilnya
-Tidak salah pilih
-Pemimpin yang dipilihnya tidak terlibat kasus suap, sogok dan korupsi
Kesimpulan
1.Jadi, salah pilih merupakan manifestasi daripada kebodohan dan ini harus diakui secara jujur dan ikhlas sebab faktanya memang demikian.
2.Memilih yang benar adalah berdasarkan kualitas. Memilih yang tidak benar berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di luar kualitas.
Solusi
Supaya tidak salah pilih, maka cara memilih yang dilakukan orang yang cerdas di atas, perlu dicontoh.
Semoga menambah wawasan berpikir Anda
Hariyanto Imadha
Pengamat Perilaku
Sejak 1973
Filed under: Uncategorized | Tagged: adalah, benar, golongan, golput, hariyanto imadha, kebodohan, memilih, parati, pemimpin, pilih, politik, putih, salah, salah pilih | Komentar Dinonaktifkan pada POLITIK: Salah Memilih Pemimpin Adalah Kebodohan