SUDAH terbukti bahwa sejak Indonesia merdeka hingga sekarang, pemilu ataupun pilkada hanya melahirkan praktek-praktek korupsi,kolusi dan nepotisme. Artinya, 70% pemimpin, pejabat dan wakil rakyat adalah pribadi-pribadi yang bermental korup.
Penyebabnya
Salah satu penyebabnya adalah politik “serba uang” untuk segala urusan. Demikian juga partai politik maupun politisi juga butuh uang agar bisa ikut dalam pertarungan politik.
Sumber dana
Kalau di negara-negara maju, partai politik dibiayai iuran atau sumbangan sukarela dari para anggota atau simpatisannya, maka di Indonesia parpol memperoleh dana dari para konglomerat hitam, koruptor, mafia pajak dan mafia hukum. Sedangkan parpol yang berkuasa di pemerintahan memperoleh dana dengan cara menjual BUMN dengan harga murah, menjual sumber daya alam dengan harga murah, membuat undang-undang sesuai kepentingan kapitalisme asing, bantuan dana dari negara asing dengan berbagai persyaratan,menciptakan kasus-kasus perbankan (semacam BLBI,Bank Century,dll).
Cara mempengaruhi rakyat
Supaya mereka menang, maka berbagai cara ditempuh.Antara lain: mempengaruhi opini rakyat melalui lembaga survei bayaran, iklan-iklan politik yang membohongi rakyat, janji-janji sorga, membagikan uang kepada rakyat dengan dalih bantuan langsung tunai, pembangunan desa dan kebijakan-kebijakan bergaya sinterklas. Juga, menginformasikan data-data ekonomi dan angka-angka statistik yang bias. Dan tak ketinggalan politik pencitraan.
Rakyat pemilih cuma dikadalin saja
Banyak para pemilih, termasuk yang berpredikat mahasiswa dan sarjana tak menyadari bahwa mereka sebenarnya cuma di”kadalin” saja. Mereka Cuma butuh suara rakyat.
Setelah mereka menang
Jika menang, maka yang dipikirkan pertama kali adalah berusaha kembali modal dan memperkaya diri sendiri dan menabung dengan cara korupsi lagi demi kepentingan pemilu/pilkada mendatang.
Tidak serius memperjuangkan rakyat
Supaya keliihatannya mereka memperjuangkan rakyat, maka sesungguhnya yang dilakukannya hanya kepura-puraan saja. Sekitar 70% pemimpin, pejabat dan wakil rakyat tidak pernah serius memperjuangkan wakil rakyat.
Solusi:
Pilihlah capres/cawapres/calon wakil rakyat yang benar-benar sudah Anda kenal kualitasnya (latar belakang kehidupannya, pendidikannya, kejujurannya, ketegasannya, keadilannya, ketakwaannya, kepemimpinannya dan prestasinya)
Sumber foto: suaramerdeka.com
Hariyanto Imadha
Facebooker/Blogger
Filed under: Uncategorized | Tagged: atau, dan, hanya, korup, menghasilkan, pemilu, pemimpin, pilkada, politik, rakyat, wakil, yang |
Semua komentar otomatis akan dihapus