• PARTAI POLITIK

    gambarbannerpartaigasing1

    gambarbannerpartaiyoyo1

    logo-apajpg1

    logo-barisannasionaljpg4

    logo-bulanbintangjpg1

    logo-gerindrajpg

    logo-hanurajpg

    logo-panjpg1

    logo-partaidemokratjpg

    logo-partaigarudajpg

    logo-partaigolkarjpg

    logo-pdipjpg

    logo-pibjpg

    logo-pkbjpg

    logo-pkdjpg

    logo-pknujpg

    logo-pkpjpg

    logo-pksjpg

    logo-pmbjpg

    logo-pnimarhaenjpg

    logo-ppijpg

    logo-pppjpg

POLITIK: Apa Sih Kriteria Capres Yang Terbaik?

Gambar

ADA logika yang menyesatkan :” Pilihlah capres terbaik dibandingkan semua capres yang ada”. Kelihatannya benar, tapi menyesatkan. Sebab, jika Anda tanyakan ke 1.000 orang : “Apa kriteria capres terbaik?”, maka akan menghasilkan 1.000jawaban yang berbeda. Kebenaran logika itu bersifat objektif sama, bukan subjektif berbeda.

Analogi

Sama saja dengan sebuah buku. Ketika ditanyakan ke 1.000 pembacanya:” Bagaimana komentar Anda tentang buku itu?” Maka akan menghasilkan 1.000 jawaban yang berbeda.

Relativitas persepsi

Persepsi orang tidak sama, sebab pemahaman dan cara berpikirnya juga tidak sama. Tingkat ilmunya juga tidak sama. Wawasan berpikirnya juga tidak sama. Cara pandangnya juga tidak sama. Cara berlogikanya juga tidak sama.

Subjektivitas persepsi

Tetapi, 1.000 orang bisa punya persepsi yang sama manakala menyangkut popularitas. Misalnya, siapa yang layak jadi capres 2014? Boleh dikatakan 1.000 orang akan menjawab “Jokowi”. Hal ini bisa terjadi karena adanya publisitas. Adanya berita-berita gratis yang terus-menerus memberitakan sosok Jokowi dan ini dilakukan oleh berbagai media massa.

Popularitas dan elektabilitas

Tapi apakah capres yang popularitas tinggi pasti berkualitas? Apakah capres yang popularitas tinggi pasti punya elektabilitas yang tinggi? Pertanyaan ini terlalu sulit jika ditanyakan ke 1.000 orang yang bermacam-macam latar belakang pendidikannya. Walaupun mereka menjawab, paling-paling “asal menjawab” atau menjawab berdasarkan “ilmu kira-kira”.

Apa sih kriteria capres yang terbaik?

Pertanyaan ini jelas tersulit karena tiap orang punya persepsi yang berbeda-beda. Katakanlah, capres A dinilai sebagai capres terbaik oleh Si P, tetapi dinilai sebagai capres terburuk oleh Si Q dan seterusnya.

Nasehat yang menyesatkan

Ada nasehat datang dari seorang profesor (tapi bukan profesor ilmu logika) berbunyi: “Pilihlah capres terbaik dari semua capres yang ada. Jangan golput, karena capres -capres lain akan mengatur strategi” dan seorang ulama (tetapi bukan ulama bidang ilmu logika) yang berbunyi : “Pilihlah capres yang terbaik dari semua capres yang jelek” atau “Pilihlah capres yang berkualitas walaupun semuanya tidak berkualitas”.

Nasehat yang salah

Bagi yang tidak faham Ilmu Logika tentu menganggap nasehat itu benar. Padahal, nasehat itu berbasiskan logika yang salah. Kenapa salah? Salah, karena semua orang punya kriteria tentang  “capres terbaik” yang berbeda-beda. Sifatnya subjektif. Tidak didukung fakta-fakta objektif yang bisa dipertanggungjawabkan. Akibatnya, para pemilih akan memilih berdasarkan “ilmu kira-kira” dan tidak berdasarkan fakta-fakta yang objektif dan rasional. Misalnya: track record-nya (rekam jejak), latar belakang kehidupannya, prestasi sebelumnya dan lain-lain.

Hati nuranipun bisa salah

Ada lagi nasehat yang  salah: “Pilihlah capres sesuai hati nuranimu”. Bagi yang faham psikologi tentu tahu bahwa hati nurani orang berbeda-beda. Misalnya Si A memilih capres No.1 berdasarkan hati nurani. Si B memilih capres No.2 berdasarkan hati nurani. Si C memilih capres No.3 berdasarkan hati nurani. Lucu sekali, hati nurani kok berbeda-beda. Hati nurani yang berbeda-beda artinya hati nurani yang salah. Kebenaran itu harus sama, objektif, faktual dan universal.

Golput lebih baik daripada salah pilih

Betapapun juga, golput lebih baik daripada salah pilih. Salah pilih bisa menimbulkan bermacam-maca bencana. Bencana ekonomi, bencana hukum, bencana korupsi, bencana politik, bencana APBN, bencana sumber daya alam dikuras habis oleh kapitalis asing, bencana pelanggaran HAM, bencana perbankan dan lain-lain. Golput adalah hak setiap warganegara dan tidak melanggar undang-undang apapun juga. Bahkan Tuhanpun tidak melarang. Fatwa golput itu itu kan hasil pendekatan politik. Aneh kalau sesuatu yang tidak melanggar undang-undang dikatakan haram.

Lantas, apa kriteria capres terbaik?

Tidak penting soal kriteria. Yang terpenting pemahaman para pemilih terhadap para capres. Tahukan track recordnya? Tahukan masa lalunya? Tahukan pendidikannya? Tahukan kepribadiannya? Tahukah kehidupan rumah tangganya? Tahukan kehidupan beragamanya jauh sebelum jadi capres? Tahukah darimana asal kekayaannya? Tahukan kalau capres itu tidak pro negara nekolim dan tidak pro negeri-negeri onta? Tahukan tentang kenegarawanannya? Tahukan capres itu manajer politik atau manajer negara dan bangsa? Tahukah kepribadiannya? Tahukah capres itu punya riwayat hidup yang bersih sejak kecil hingga jadi capres? Tahukah apa kemampuan yang dimiliki capres dalam mengelola bangsa dan negara? Tahukah Indonesia akan dijadikan negara apa selama dia jadi capres? Dan yang paling sulit, tahukah bahwa capres tersebut benar-benar bersih, benar-benar jujur,benar-benar cerdas dan benar-benar amanah atau pro rakyat?

Kesimpulan

– Soal kriteria capres terbaik,tiap orang punya kriteria yang berbeda, sehingga para pemilih bisa salah pilih.

-Kualitas capres terpilih, merupakan cermin daripada kualitas para pemilihnya.

Kalau Anda menilai pemimpin yang sekarang tidak berkualitas, itulah cermin kualitas para pemilihnya.

Hariyanto Imadha

Pengamat perilaku

Sejak 1973

POLITIK: 10 Alasan Kenapa Jokowi Tidak Layak Nyapres 2014

Jokowi-GubernurDKIJakartaTransberitaCom

MEMANG, berdasarkan hasil survei manapun, nama Jokowi hampir selalu menempati peringkat pertama. Bahkan banyak komunitas masyarakat, besar atau kecil, lewat Twitter, Facebook dan lain-lain yang menginginkan sosok Jokowi akan maju sebagai capres 2014. Namun, kalau kita mau menggunakan akal sehat, adalah sangat tidak layak Jokowi nyapres 2014.

Kenapa Jokowi tak layak nyapres 2014?

Ada 10 alasan:

1.Bisa dituduh ingkar janji.

Saat kampanyanye cagub DKI Jakarta telah membuat banyak janji. bahkan banyak janji. Antara lain menjadikan Jakarta sebagai jakarta Baru yang bebas banjir, sampah dan kemacetan. Jika Jokowi nyapres, maka Jokowi akan dituduh sebagai pemimpin yang suka ingkar janji dan sekaligus mengingkari sumpah jabatan.

2.Akan dijadikan sasaran olok-olok

Jokowi-pun akan dijadikan oleh-olok sebagai sosok yang ingkar janji, munafik, tidak konsisten, suka mengingkari komitmen dan tidak konsisten antara ucapan dan tindakan.

3.Pendukung Jokowi terbatas

Pendukung Jokowi tidaklah secara nasional. Terbanyak di jawa Tengah terutama Solo dan Jawa Timur terutama Surabaya dan Bali. Di luar Pulau Jawa dan Bali, masih tanda tanya besar yang perlu diantisipasi.

4.Faktor kuda hitam

Masih ingat pemilu 2004? Saat itu nama capres yang terpopuler adalah Megawati Soekarnoputri. Nama SBY nyaris tak terdengar. Tapi, iapa menduga, saat SBY mulai kampanye, nama SBY tiba-tiba melejit ke atas mengalahkan kepopuleran Megawati Soekarnoputeri. Siapa tahu pula pada Pemilu 2014 nanti ada capres yang lebih terkenal? Tanda-tanda itu sudah ada, yaitu munculnya capres dari kalangan Islam yang akan mendapat dukungan dari sebagian besar umat Islam moderat.

5.Jokowi belum terbukti keandalannya

Selama ini pendukung Jokowi hanya karena faktor ketenarannya. Seangkan hasil kerja nyatanya belum ada. Jakarta menjelang Pemilu 2014 masih banjir, masih macet dan masih banyak sampah. Modal politiknya belum cukup sehingga bagi para pesaing Jokowi hal tersebut akan dijadikan “modal” untuk menurunkan elektabilitas Jokowi sebab rakyat aan melihat kenyataan bahwa Jokowi memang belum menunjukkan hasil kerja yang nyata.

6.Program Jakarta Baru akan terbengkelai

Jika Jokowi nyapres karena ditugaskan partai atau kongres atau Megawati, maka otomatis Jokowi akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Siapa penggantinya? Ahok, rakyat akan meragukan kemampuan Ahok mengelola Jakarta sendirian. Jakarta merupakan kota yang bersifat khusus yang punya karakter khusus. Apalagi Ahok seorang nonmuslim yang pasti akan ditolak sebagian masyarakat DKI yang fanatik agama Islam.

7.Popularitas dan elektabilitas Jokowi bisa menurun

Popularitas dan elektabilitas sifatnya relatif. Hasil survei bisa saja menempatkan nama Jokowi pada urutan pertama, kedua, atau ketiga dan seterusnya. Sebab, opini publik sewaktu-waktu bisa berubah akibat adanya berbagai informasi yang ditayangkan di televisi.  Rakyat juga bisa terpengaruh oleh iklan-iklan capres lainnya, apalagi 70% pemilih adalah pemilih tidak cerdas dan tidak rasional. Apalagi, 55% pemilih adalah rakyat yang berpendidikan SD tamat atau SD tidak tamat yang belum benar-benar faham politik.

8.Faktor money politik dan kecurangan politik.

Sekitar 70% rakyat pemilih belum faham politik. Bagi mereka, capres yang dianggap baik adalah capres yang bagi-bagi uang, bagi-bagi sembako gratis, menjanjikan lowongan kerja, menjanjikan sembako murah, sekolah gratis,kesehatan gratis,menjanjikan negara khilafah yang adil makmur,mengurangi kemiskinan hingga 100% dan terbuai janji-janji sorga yang bagi mereka dianggap realistis. Faktor kecurangan politik yang profesional, juga bisa menyebabkan kekalahan Jokowi.

9.Terbatasnya dana kampanye PDI-P

Jujur saja, kalau dibandingkan Partai Gerindra, Partai Golkar dan Partai Nasdem, PDI-P pastilah tidak memiliki uang sebanyak mereka. Artinya, kampanye PDI-P sangat terbatas. Hanya melalui TV dan media kampanye pada umumnya. Kurang mampu mengadakan kampanye sampai ke pelosok-pelosok desa, apalagi desa terpencil atau perbatasan. Sedangkan parpol yang bermodal kuat, mampu melakukannya.

10.Faktor aura kharisma

Para pendukung Jokowi pastilah hampir semuanya tidak faham psikologi, psikologi-politik, terutama psikologi aura kharisma. Aura kharisma Jokowi bisa saja naik, bisa tetap dan bisa turun. Berdasarkan analisa psikologi-politik, ternyata ada capres lain yang namanya belum terkenal, tetapi memiliki aura kharisma lebih tinggi daripada aura kharisma Jokowi. Artinya, rakyat akan memilih capres yang punya aura kharisma tertinggi.

Kesimpulan

1.Jokowi harus membuktikan dulu janji-janjinya untuk menjadikan Jakarta sebagai jakarta Baru

2.Ada Si Kuda Hitam yang akan mengalahkan Jokowi jika Jokowi nyapres 2014

3.Jokowi sebaiknya maju pada 2019, sebab pesaing kuat Jokowi tidak ada. bahkan, Jika Jokowi maju pada 2019, kemungkinan besar pemilu hanya satu putaran saja.

Sumber berita: transberita.com

Hariyanto Imadha

Pecinta psikologi-politik

Sejak 1973

POLITIK: Pemilu 2014 Jangan Pilih Parpol-Parpol Yang Setuju Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

FACEBOOK-PolitikPemilu2014JanganPilihParpol2YgSetujuKenaikanHargaBBMBersubsidi

SEJAK era Soeharto, penulis sudah berpendapat bahwa subsidi BBM adalah keliru karena merupakan subsidi komoditas atau barang, bukan subsidi personal. Akibatnya adalah, subsidi BBM selalu menguntungkan masyarakat mampu, yaitu pengguna mobil pribadi. Walaupun harga BBM bersubsidi dinaikkan dan ada BLT/BLSM, tetap saja salah sasaran, sebab sekitar 70% subsidi tetap dinikmati masyarakat golongan mampu.

Harga BBM bersubsidi boleh saja dinaikkan atau subsidi BBM dikurangi, tetapi harus bertahap. Misalnya dikurangi Rp 500/liter per empat bulan sehingga dampaknya tidak terlalu drastis. Pengurangan subsidi, terlepas harga BBM internasional naik ataupun turun, harus dilakukan hingga 90%, karena jika 100% akan sama dengan harga BBM internasional. Atau tidak perlu naik karena masih ada beberapa alternatif lain, misalnya menaikkan pajak mobil pribadi hingga 200% karena selama ini merekalah yang menikmati subsidi BBM atau alternatif-alternatif lainnya.

Jika harga BBM bersubsidi dinaikkan dengan Rp 1.000 hingga Rp 2.000 atau lebih per liter, maka dampaknya sangat terasa. Bukan hanya dirasakan masyarakat miskin atau hampir miskin, tetapi seluruh lapisan masyarakat akan terena imbasnya. Apalagi, BLT/BLSM sangat rawan korupsi dan pesan-pesan politik bagi kekuatan parpol tertentu. Yang pasti, masyarakat miskin secara umum pasti punya anggapan bahwa pemerintah dan parpol berkuasa benar-benar pro rakyat. Inilah dampak psikologis-politis yang diharapkan dengan adanya BLSM. Oleh karna itu, rakyat yang menentang kenaikan harga BBM bersubsidi harus memberikan hukuman kepada parpol-parpol yang menyetujui kenaikan harga BBM bersubsidi dan BLSM tersebut. Caranya yaitu, tidak memilih capres,cawapres,caleg yang berasal dari parpol-parpol yang tidak pro rakyat tersebut. Jangan pilih mereka, sebab mereka cuma seolah-olah pro rakyat.

Hariyanto Imadha

Pengamat perilaku

Sejak 1973

POLITIK: Kejahatan Yang Mengatasnamakan Agama Islam

FACEBOOK-PolitikKejahatanYangMengatasnamakanAgamaIslam

 

AGAMA adalah pedoman perilaku. Agama diterima sebagai sebuah keyakinan. Konsekuensinya, ilmu logika kurang mendapat tempat. bahkan ada yang mengatakan, belajar agama harus diterima apa adanya. Harus dianggap benar. Apa yang dikatakan ustadz atau guru aama harus dianggap benar. Semua kotbah atau ceramah agama harus dianggap benar. Sikap demikian menumbuhkan cara berlogika yang dogmatis-pasif. Tidak tahu mana yang sesungguhnya benar dan mana yang sesungguhnya salah. Dan ini merupakan sebuah kejahatan juga. Bukan kejahatan kriminal pidanana atau perdata. Tetapi, sebuah kejahatan yang melemahkan logika umat Islam sehingga mudah “dipengaruhi” dan “dikendalikan” pihak-pihak tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu pula tanpa si “korban” menyadarinya.

Apa yang dimaksud dengan kejahatan?

Semua contoh di bawah ini merupakan sebuah kejahatan yang melemahkan logika umat Islam dengan cara mempergunakan agama Islam sebagai alatnya sehingga umat Islam mudah “dipengaruhi” dan “dikendalikan” tanpa umat Islam mengetahui dan membedakan mana yang sesungguhnya benar dan mana sesungguhnya yang salah. Semua pendapat ustadz harus dianggap benar, lebih benar,paling benar dan selalu benar. Tidak mungkin salah.

Contoh umum:

Munculnya faham terorisme, faham fanatisme sempit, faham anti Pancasila dan demokrasi, faham kebencian terhadap suku lain (rasisme), faham kebencian terhadap agama lain (misalnya non musli, nasrani, Yahudi dan lain-lan), faham kebencian terhadap ras/bangsa lain (terhadap Amerika, Israel dan lain-lain) dan rasa kebencian terhadap antargolongan lain yang bukan golongannya.

Beberapa contoh kongkrit

1.Narsisme dan fanatisme.

2.SARA-isme

3.Anti-Pancasilaisme

4.Anarkisme

5.Terorisme

ad.1.Narsisme

Yaitu sebuah kejahatan yang mengatakan bahwa agama Islam merupakan agama yang terbaik. Dengan atau tanpa menjelekkan agama lain ceramah-ceramah agama memberikan kesan bahwa agama lain merupakan agama yang tidak baik. Sehingga bisa menimbulkan rasa narsisme yang bisa dikembangkan lagi ke arah pemikiran fanatisme sempit.

ad.2.SARA-isme

Yaitu sebuah kejahatan yang bertujuan umat Islam membenci suku lain, agama lain, ras atau bangsa lain serta antargolongan lain. Suku lain harus dianggap sebagai kelompok yang mengancam agama Islam (misalnya suku keturunan China) karena akan menguasai perekonomian Indonesia. Agama lain, misalnya nonmuslim, Yahudi harus dianggap ancaman karena akan menghancurkan agama Islam. Menanamkan rasa benci terhadap bangsa lain, misalnya Amerika dan negara-negara kapitalis yang akan menuras habis kekayaan alam Indonesia. Usaha menanamkan rasa kebencian terhadap golongan lain yang bukan golongannya sendiri. Misalnya menimbulkan rasa benci terhadap golongan lain yang dianggap bukan golongannya. Antara lain kelompok Sunni, Shiah, Ahmadiyah dan kelompok-kelompok lain yang dianggap berbeda.

ad.3.Anti-Pancasilaisme

Yaitu sebuah kejahatan yang menanamkan faham bahwa hanya yang datang dari Allah SWT yang terbaik, antara lain Syariah Islam, hukum Islam, Al Qur’an dan hadist. Menjadi sebuah kejahatan manakala dikatakan bahwa hukum Islam adalah buatan Tuhan yang sempurna, seangkan Pancasila dan undang-undang adalah buatan manusia yang tidak sempurna sehingga hasilnya tidak baik. Lebih jahat lagi kalau menanamkan rasa kebencian terhadap Pancasila dan demokrasi.

ad.4.Anarkisme

Yaitu sebuah kejahatan yang mengatasnamakan agama Islam, ingin menegakkan ajaran agama Islam, tetapi dengan cara-cara anarki. Merusak, memukul, menyiksa, membakar dan tindakan-tindakan brutal lainnya yang justru melanggar hukum yang berlaku di Indonesia. Mereka tak merasa salah karena merasa tujuannya baik. Demi kebenaran agama Islam. Dan segudang argumentasi yang bernada pembenaran-pembenaran diri.

ad.5.Terorisme

Yaitu sebuah kejahatan yang paling tinggi tingkatannya. Antara lain membunuh orang-orang yang dianggap kafir, dzolim, toghut, dianggap anti agama Islam. Bahkan jika perlu melakukan bom bunuh diri, melemparkan bom, meledakkan bom di tempat-tempat yang banyak dikunjungi nonmuslim dan orang-orang yang dianggap kafir atau bukan kelompoknya. Mereka tidak takut mati karena mati dianggap sebuah kemuliaan, merupakan jihad suci dan dianggap pasti masuk sorga.

Kejahatan berwadah dan tidak berwadah

Kejahatan-kejahatan tersebut bisa dalam wadah sebuah organisasi resmi atau tidak resmi yang tiap hari terus menggalan dan menambah keanggotaannya. menyebarkan ajaran kejahatannya kepada orang-orang lain terutama yang beragama islam. Wadah yang digunakan juga bisa merupakan sebuah parpol atau partai politik.

Sasaran penyebaran kejahatan

sasarannya yaitu orang-orang Islam yang lemah logika atau ilmu logikanya. Dengan memasukkan faham narsisme, fanatisme sempit, memberikan gambaran nikmatnya sorga dan sakitnya neraka, menanamkan keyakinan bahwa hanya yang datang dari Tuhan yang pasti baik dan semua buatan undang-undang dan hukum yang dibuat manusia adalah buruk, maka umat Islam yang logikanya lemah atau bodoh (walaupun bergelar S1, S2 dan S3) adalah merupakan target kejahatan yang menggunakan agama tersebut.

Itulah beberapa contoh kejahatan yang telah berkembang dan terus berkembangdi Indonesia yang mayoritas beragama Islam ini. Islam yang kurang rasionalis. Islam yang lebih bersifat dogmatis-pasif. Islam yang lemah dalam logika maupun ilmu logika. Tentu, manusianya. Bukan pada Islamnya. Sedangkan pemikiran-pemikiran Islam sendiri juga berbeda-beda. Bahkan kita mengetahu Islam “terpecah” (dalam tanda kutip) sebanyak 73 aliran.

Solusi

Aliran Islam mana yang paling benar?

1.Tentu, dibutuhkan penguatan logika dan ilmu logika.

2.Memperbanyak pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

3.Memperluas wawasan pemikiran.

4.Mengurangi dan membuang jauh sikap narsisme

5.meningkatkan rasa toleransi

6.Tidak bersikap SARA secara negatif

7.Menghilangkan cara berlogika yang dogmatis-pasif

8.Menghilangkan sikap fanatisme sempit

9.Terbuka terhadap pendapat-pendapat lain yang berbeda

10.yangan menganggap ustadz itu malaikat yang semua pendapatnya benar, lebih benar,pasti benar dan selalu benar. Semua pendapat dalam ceramah, dakwah atau kotbah agama harus dicermati, dianalisa, mana yang pendapat yang bersumberkan Al Quran dan mana yang pendapat pribadi ustadz. Singkatnya, harus bisa memilah-milahkan mana yang sesungguhnya pendapat yang benar dan mana yang sesungguhnya pendapat yang salah.

Catatan

Yang harus diwaspadai sekarang adalah kejahatan-kejahatan yang mengataskan namakan agama Islam melalui organisasi yang anarki maupun tidak anarki dan melalui parpol yang ujung-ujungnya ingin mengganti sistem Pancasila dengan sistem khilafahisme (yang ternyata bukan ajarannya Nabi Muhammad SAW). Gerakan mereka sudah mengarah ke gerakan politik.

Hariyanto Imadha

Pengamat perilaku

Sejak 1973

POLITIK: Salah Besar Mencapreskan Jokowi Pada Pemilu 2014

FACEBOOK-PolitikSalahBesarMencapreskanJokowiPadaPemilu2014

SATU dua bulan ini di berbagai media sosial online maupun beberapa komunitas masyarakat rami-ramai mengusung dan mengusulkan agar Jokowi dicapreskan untuk pemilu 2014 mendatang. Bahkan hampir tiap hari atau bahkan hampir tiap jam, di Facebook muncul usulan agar Jokowi maju sebagai capres. Tentu, sebuah harapan yang baik karena menurut agama, calon pemimpin yang baik adalah yang dicalonkan dan bukan mencalonkan diri.

A.Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.

1.Hasil Pilgub DKI Jakarta

Kita buka catatan hasil Pilgub DKI jakarta yang lalu. Jokowi-Ahok mendapat 56% suara, sedangkan Foke-Nara mendapatkan 46% suara. Jelas, Jokowi menang mutlak. Ada yang mengatakan Jakarta adalah miniatur Indonesia. Artinya, kalau Jokowi menang di Jakarta, pastilah kalau jadi capres akan menang secara nasional. Sebuah logika-induksi yang sangat spekulatif sekali.

2.Hasil survei

Berbagai hasil survei menunjukkan bahwa nama Jokowi hampir pasti selalu teratas melebihi capres-capres yang namanya sudah muncul. Itu tidak keliru. Yang keliru yaitu, menganggap hasil survei sekarang tidak akan berubah. Padahal, survei sifatnya dinamis, kadang naik kadang turun. bahkan, bisa benar dan bisa keliru. Apalagi belum semua nama capres muncul. Masih ingat Pemilu 2004? Saat itu nama SBY belum terkenal. Yang terkenal adalah nama Megawati. Tetapi, siapa mengira, saat SBY mulai kampanye, namanya melejit melampaui ketenaran Megawati? Jangan lupa, hasil survei bisa berubah.

3.Si Kuda Hitam

Para pendukung Jokowi, tampaknya tidak memperhitungkan munculnya “Si Kuda Hitam”. Seorang capres yang mungkin diperkirakan tidak akan menang. Namun, bisa saja di luar dugaan justru dialah yang dikehendaki mayoritas rakyat Indonesia. Ingatlah, politik bukanlah matematika.

4.Faktor cawapres

Yang sering dilupakan adalah faktor cawapres. Jika cawapresnya adalah sosok politisi yang tidak disukai rakyat atau penampilannya kurang meyakinkan, maka hal tersebut juga bisa menurunkan citra seorang capres. Pada Pilgub Jabar, jelaslah pemilihan Deddy Mizwar sebagai cawagub merupakan pilihan yang sangat tepat untuk mendongkrak nama cagubnya. Begitu juga apabila yang terjadi adalah yang sebaliknya. Andaikan Jokowi nyapres, siapa yang akan menjadi cawapresnya? Kelihatannya sederhana, tetapi pengaruhnya sangat besar.

5.Aura kharisma

Ini bidangnya psikologi. Masih sedikit yang mempelajari. Apalagi menyangkut “aura kharisma”. Secara ilmiah keberadaan aura memang sudah dibuktikan. Antara lain foto aura. bahkan sudah dibuktikan adanya hubungan antara warna-warna aura dengan macam-macam penyakit. Begitu pula, melalui aura, bisa dilihat seberapa tinggi aura kharisma seorang capres. Sebenarnya aura kharisma merupakan analisa psikologi politik atau analisa psikologi kepribadian. Hasil analisa yang penulis lakukan, aura kharisma Jokowi memang termasuk tinggi, tetapi masih ada capres lain yang mempunyai aura kharisma tertinggi (tidak perlu penulis sebutkan namanya). Artinya, ada capres lain yang akan mendapatkan suara terbanyak, dibandingkan Jokowi (apabila Jokowi jadi nyapres).

B.Sebaiknya Jokowi nyapres pada 2019

Menurut penulis, ada baiknya Jokowi mencapreskan diri pada Pemilu 2019 dengan pertimbangan sebagai berikut:

Buktikan dulu janji-janji Jokowi-Ahok

Selama kampanye Pilgub DKI Jakarta, Jokowi-Ahok telah mengobral janji sangat banyak. Mulai dari akan mengatasi kemacetan, banjir, sampah, penertiban PKL, sumur resapan, kampung deret, ruang terbuka dan lain-lain. Saking banyaknya, mungkin warga DKI Jakarta kupa apa saja janji-janjinya yang lain. Apabila Jokowi belum membuktikan sebagian janjinya kemudian nyapres, maka akan muncul reaksi-reaksi dari warga. Antara lain Jokowi akan dianggap ingkar janji, tidak bertanggung jawab atas jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, hanya mementingkan kepentingan pribadi dan partai politiknya dibandingkan kepentingan warga DKI Jakarta dan komentar negatif lainnya. Kalau Jokowi menang dalam Pemilu 2014 tidak masalah. Kalau kalah?

Silahkan maju pada Pemilu 2019

Kalau Jokowi mau nyapres , silahkan maju pada Pemilu 2019. Kalau ternyata Jokowi bisa mewujudkan Jakarta sebagai Jakarta Baru yang bebas macet, bebas banjir,bebas sampah,bebas PKL dan berhasil merealisasikan semua janji-janjinya, maka hal tersebut akan menambah nilai positif pada Jokowi dan masyarakat akan semakin mempercayai kemampuan Jokowi untuk maju sebagai capres pada Pemilu 2019 nanti.

Hariyanto Imadha

Pengamat perilaku

Sejak 1973

POLITIK: Merindukan Hukum Islam? Silahkan Pindah Ke Negara Timur Tengah

FACEBOOK-PolitikMerindukanHukumIslam

HIDUP di Indonesia. Kerja di Indonesia. Cari makan di Indonesia. Cari uang di Indonesia. Menikah di Indonesia. Sekolah/kuliah di Indonesia. Bahkan kalau meninggalpun ingin dimakamkan di Indonesia. Tapi, sebagai warganegara Indonesia yang telah menikmati kehidupan, penghidupan dan perikehidupan di Indonesia, bukannya berterima kasih atas perjuangan para pendiri Republik Indonesia, malahan ingin menggantikan Pancasila dengan Syariat Islam atau menggantikan Hukum Positif dengan Hukum Islam. Atau, ingin menggantikan sistem pemerintahan Pancasila dengan sistem pemerintahan khilafah. Benar-benar tidak tahu diri.

Brainwashing agama

Sebagian umat Islam di Indonesia memang telah menjadi korban brainwashing agama. Dengan keyword “Syariat Islam atau hukum Islam berasal dai Tuhan, Tuhan itu Maha Sempurna, semua ciptaan Tuhan pastilah sempurna. Pancasila, UUD 1945, Hukum Positif, undang-undang dan lain-lainnya adalah ciptaan manusia, manusia tidak sempurna, oleh karena itu semua ciptaannya tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, pemerintahan yang baik adalah pemerintahan berdasarkan Syariat Islam atau Hukum Islam, sebuah pemerintahan khilafah di bawah pimpinan khilafah”.

Sugesti

Keyword brainwashing seperti itu tentu akan mampu men-sugesti sebagian umat Islam, apalagi kalau diembel-embeli ayat-ayat suci Al Qur’an, hadis dan dibumbui cerita-cerita tentang kesuksesan khalifah-khalifah di masa lalu. Sehingga sebagian umat Islam yang ilmu logikanya lemah lupa mereka hidup di negara mana.

Umat Islam Indonesia yang cerdas

Tentu tahu dan sadar bahwa mereka tinggal di Indonesia berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, berbendera merah putih dan lagu Indonesia Raya. Sadar bahwa Republik Indonesia merupakan hasil perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga mereka. Sebuah negara yang didirikan berdasarkan kesepakatan para pendiri Republik Indonesia.

Syariat Islam memang baik

Syariat Islam (Arab: شريعة إسلامية Syariat Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini. (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Syariat_Islam).  Hendaknya dipahami bahwa Syariat Islam maupun Hukum Islam bertujuan mengatur sendi kehidupan umat Muslim,tetapi harus dipahami di dalam konteks bernegara dan berbangsa. Fokusnya hanya komunitas Muslim saja.

Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI adalah harga mati.

Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI tidak merugikan agama apapun. Jika masih ada kekurangan, maka kekurangan-kekurangannyalah yang harus disempurnakan secara bertahap dan bukan menggantikannya dengan sistem yang lain. Sebab, sistem yang lain mungkin baik secara teori tetapi belum tentu baik di dalam praktek. Hendaknya dipahami bahwa Pancasila merupakan “way of life” dalam berbangsa dan bernegara. Fokusnya untuk seluruh komunitas yang ada di Indonesia.

Konflik

Lihat saja konflik-konflik berbasiskan agama di negara-negara Timur Tengah. Lihat juga kehidupan mewah dan foya-foya para pimpinan “negara-negara Islam”. Lihat juga tingkat kriminalitas yang tetap tinggi di negara-negara Timur Tengah, terutama di “negara-negara Islam”. Lihat juga, betapa banyak TKW Indonesia yang ditipu,tidak digaji, disiksa, diperkosa dan dihamili di “negara Islam”.

Letak kesalahan berlogika

Syariat Islam maupun Hukum Islam memang baik, tetapi kalau kemudian ditarik kesimpulan bahwa Pancasila, Hukum Positif dan lain-lain harus diganti dengan Syariat Islam atau Hukum Islam, maka itu merupakan logika yang salah, sebab Syariat Islam atau Hukum Islam fokusnya hanya untuk komunitas Muslim, sedangkan Pancasila dan lain-lainnya fokusnya untuk semua komunitas yang ada di Indonesia.

Pindah saja

Oleh karena itu, bagi sebagian umat Islam Indonesia yang masih punya mimpi dan suka berhalusinasi tentang “negara Islam”, sistem khilafah, hukum Islam, silahkan saja pindah ke negara-negara Timur Tengah. Jangan cuma bermimpi, mengkhayal  dan berhalusinasi saja di Indonesia.